Rabu, 30 Maret 2016

Komitmen PGN Mendukung Megaproyek 35.000 Megawatt (MW).

Sebagai bentuk komitmen PT PerusahaanGas Negara (Persero) Tbk (PGN) mendukung terealisasinya megaproyek 35.000 megawatt (MW). Saat ini PGN telah menyiapkan infrastruktur gas bumi yakni fasilitas Floating Storage and Regasification Unit (FSRU) Lampung untuk mendukung ketahanan pasokan gas bumi di wilayah Barat dan wilayah Tengah Indonesia.

Melalui sekretaris perusahaannya, Heri Yusup, PGN menjelaskan, FSRU Lampung berperan sebagai terminal penerima LNG (gas bumi cair) dan juga sebagai fasilitas regasifikasi (mengubah gas bumi cair ke dalam bentuk gas)

Heri mengatakan, FSRU Lampung juga akan memenuhi kebutuhan gas bumi bagi pelanggan eksisting seperti industry, komersial, UKM dan rumah tangga, dan keberadaan FSRU Lampung juga untuk mendukung sektor kelistrikan.

FSRU Lampung memiliki kapasitas penampung LNG 170.000 m3 dan kemampuan regasifikasi 240 MMSCFD (juta kaki kubik per hari). FSRU terapung di lepas pantai ini berjarak sekitar 21 km dari Labuhan Maringgai, Lampung.


Heri Yusup menegaskan, FSRU Lampung siap untuk mendukung proyek listrik 35.000 MW yang digagas Presiden Joko Widodo, terutama yang berada di bagian Barat Jawa dan Sumtera Bagian Selatan.



Tulisan ini disumbangkan untuk jadi artikel situs Si-nergi 

Beroperasinya FSRU Lampung, Megaproyek Listrik 35.000 MW Sudah di Depan Mata

Dengan beroperasinya FSRU Lampung, megaproyek listrik 35.000 MW yang digagas Presiden Joko Widodo sudah di depan mata. Melalui anak perusahaannya tersebut, PT Perusahaan Gas Negara (Persero) PGN  mendukung kehandalan pasokan gas bumi di wailayah Barat dan wilayah Tengah Indonesia, terutama untuk mendukung sector kelistrikan.

Sekretaris perusahaan PGN, Heri Yusup menjelaskan, peran utama FSRU Lampung sebagai terminal penerima gas bumi cair LNG, dan memiliki fasilitas regasifikasi atau mengubah gas bumi cair ke dalam bentuk gas.

Untuk efektivitas penyaluran gas ke pembangkit listrik yang berada di sekitar Sumatera, Kalimantan, dan wilayah lainnya, PGN juga mengembangkan Mini LNG Sea Transportation (kapan mini LNG) yang akan mengangkut LNG dari FSRU Lampung ke wilayah-wilayah tersebut.

Seperti diketahui, FSRU Lampung adalah sebuah termilan terapung lepas pantai yang terletak 21 Km dari Labuhan Maringgai. FSRU Lampung memiliki kapasitas penampung LNG sebanyak 170 ribu m3, dengan kemampuan regasifikasi 240 MMSCFD (juta kaki kubik per hari).


Tulisan ini disumbangkan untuk jadi artikel situs Si-nergi


Sebanyak 1,1 Juta Kubik LNG Disalurkan FSRU Lampung

Mulai awal April hingga akhir tahun, PT Perusahaan Gas Negara (persero) Tbk (PGN) melalui anak perusahaannya yaitu FSRU Lampung menyalurkan sebanyak 1,1 juta kubik LNG (Liquefied Natural Gas).

1,1 juta kubik LNG tersebut berasal dari Kilang LNG Tangguh Papua dan diterima secara bertahap mulai April sampai akhir tahun ini.

Berdasarkan keterangan Sekretaris Perusahaan PGN, Heri Yusup; FSRU Lampung akan menampung dan menyalurkan 8 kargo atau setara dengan 1,1 juta kubik LNG. Menurut Heri, hal ini sebagai pendukung pemenuhan kebutuhan gas bumi bagi pelanggan PGN di Jawa Bagian Barat dan Sumatera Bagian Selatan.

Floating Storage and Regasification Unit (FSRU) Lampung adalah sebuah fasilitas terapung lepas pantai yang mampu mengubah LNG dalam bentuk cair menjadi gas (regasifikasi) dan sekaligus sebagai penampung LNG.

Terletak di lepas pantai yang berjarak sekitar 21 km dari Labuhan Maringgai, Lampung. FSRU Lampung ini memiliki kapasitas penampung LNG sebesar 170.000 meter kubik dengan kemampuan regasifikasi mencapai 240 juta kaki kubik per hari (MMSCFD).


Sumber:http://economy.okezone.com/read/2016/03/24/320/1344772/fsru-lampung-salurkan-1-1-juta-meter-kubik-lng
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/03/24/134840126/FSRU.Lampung.Akan.Salurkan.1.1.Juta.Meter.Kubik.Kargo.LNG
http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/energi/16/03/24/o4j5wv383-mulai-april-2016-fsru-lampung-salurkan-8-kargo-lng


Tulisan ini disumbangkan untuk jadi artikel situs Si-nergi

FSRU Lampung Sebagai Jawaban Program Listrik 35.000 MW

Floating Storage and Regasification (FSRU) Lampung siap mendukung program pembangkit ketenagalistrikan 35.000 Megawatt (MW) yang dicanangkan pemerintahan Presiden Joko Widodo.

FSRU Lampung adalah sebuah terminal terapung lepas pantai, yang berjarak sekitar 21 km dari Labuan Maringgai, Provinsi Lampung. FSRU Lampung ini bisa menampung LNG dan juga memiliki fasilitas untuk mengubah LNG menjadi gas (regasifikasi).

Berdasarkan data Kementerian ESDM, total gas yang diperlukan untuk proyek listrik 35.000 MW sekitar 1.009 juta kaki kubik per hari (MMSCFD). Ada sekitar 13.432 MW pembangkit listrik yang akan menggunakan bahan bakar gas.


PT Perusahaan Gas Negara (persero) Tbk (PGN) membangun FSRU Lampung ini sebagai salah satu pendukung pasokan gas untuk program listrik 35.000 MW tersebut. FSRU Lampung ini memiliki kapasitas penampung sebanyak 170.000 m3 LNG dan memiliki kemampuan regasifikasi 240 MMSCFD (juta kaki kubik per hari).


Sumber: http://m.inilah.com/read/detail/2284296/fsru-lampung-siap-dukung-proyek-listrik-35000-mw
http://ekonomi.rimanews.com/bisnis/read/20160329/270673/Tunjang-Mega-Proyek-Listrik-35-Ribu-MW-PGN-Dirikan-FSRU-di-Lampung-
http://m.news.viva.co.id/news/read/753722-proyek-listrik-35-ribu-mw-didukung-kilang-gas-pgn


Tulisan ini disumbangkan untuk jadi artikel Si-nergi

Kamis, 10 Maret 2016

Komitmen PGN di Bawah Kepemimpinan Hendi Prio Santoso

Sejak Hendi Prio Santoso menjadi Direktur Utama PT Perusahaan Gas Negara (PGN) yang baru, PGN terus melakukan berbagai inovasi. Hendi yang sebelumnya menjabat sebagai direktur keuangan di PGN dipilih oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negera (BUMN) berdasarkan hasil penilaian prestasi kerja yang terbilang cukup bagus.

Di bawah kepemimpinan Hendi, PGN berkomitmen memperluas jaringan sambungan gas rumah tangga. Langkah-langkah yang sudah dijalankan oleh PGN di antaranya adalah dengan melakukan pengembangan jaringan gas yang sumber pendanaannya baik dana investasi, modal, atau kebutuhan lainnya berasal dari PGN sendiri. Hingga saat ini, sudah tercatat lebih dari 100 ribu sambungan rumah tangga menggunakan gas PGN. Wilayah tersebut antara lain di Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Sumatera Selatan dan Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Selain itu, Hendi juga berusaha membangun infrastruktur ke seluruh wilayah dengan membuat seperti jalur atau jalan bagi gas dari ujung Sumatera sampai Bali menggunakan pipa. Ia juga bekerja sama dengan Joko Widodo, Gubernur DKI Jakarta saat itu, dalam menangani masalah bahan bakar gas Bus TransJakarta. Hal tersebut tentunya meningkatkan jumlah penjualan dan pendapatan PGN dengan membukukan laba bersih sebesar Rp 5,93 Triliun pada tahun 2011. Jumlah tersebut jauh lebih baik dibanding dengan kepemimpinan sebelumnya.

Selain di bidang infrastruktur, komitmen Hendi adalah tidak mentolelir segala bentuk korupsi di perusahaan yang dipimpinnya.  Melalui penguatan nilai-nilai dan budaya perusahaan, Hendi berusaha PGN bebas korupsi. Menurut sumber GeoEnergi, Hendi dinilai paling bersih bahkan cocok menjadi dirut Pertamina. Hal ini sejalan dengan roadmap pemberantasan kotupsi 2012-2023 oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dimana sector pangan, energi, dan pajak menjadi prioritasnya.


Sumber: http://hendipriosantoso.info/
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/08/06/10415047/Hendi.Prio.Santoso.Harus.Berani.Ambil.Risiko
http://bagaskaraputrawardana.blogspot.co.id/2015/05/kepemimpinan.html
http://nasional.news.viva.co.id/news/read/609814-siasat-pgn-berantas-korupsi-dan-percaloan

Tulisan ini disumbangkan untuk jadi artikel situs Si-Nergi

Terobosan Baru PGN dalam Segmen Rumah Tangga

Setelah Kementerian ESDM secara resmi memberikan tugas dan tanggung jawab untuk mengelola dan mengoperasikan jaringan gas bumi pada 11 kabupaten di Indonesia, tentunya membuat jalan PGN semakin terbuka lebar. 11 kabupaten yang telah ada, termasuk Blora, Semarang, Bogor, Cirebon, dan Depok dengan 4.000 sambungan rumah tangga, Jabodetabek 5.234 dengan sambungan rumah tangga dan beberapa wilayah lainnya, hingga kini PGN terus berusaha memperluas jaringan gas bumi dengan sistem sambungan rumah tangga tersebut.

Sebagai satu-satunya perusahaan Badan Usaha Milik Negara yang dipercayai untuk menyalurkan gas bumi ke berbagai sektor termasuk rumah tangga, industri, usaha kecil dan menengah, transportasi, pembangkit listrik, hingga segmen komersial besar seperti rumah sakit dan mal. Dari sekian banyak sektor ini, segmen rumah tangga merupakan pelanggan terbesar PGN. Walaupun masih dalam tahap proses, hingga saat ini PGN akan terus menambah pelanggan dari sektor tersebut.

Menurut Hendi Priyo Santoso, Direktur Utama PT Perusahaan Gas Negara (PGN), perusahaan yang tengah dipimpinnya itu tengah menyiapkan beberapa langkah demi menambah pelanggan dari sektor rumah tangga. Salah satunya dengan mengembangkan jaringan gas rumah tangga yang ada secara mandiri. Semua dana investasi dan modal dikeluarkan dari PGN sendiri. Sebelumnya, langkah ini telah dijalankan di berbagai wilayah di Indonesia, di antaranya Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Sumatera Selatan dan Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Lebih dari 100.000 jumlah sambungan rumah tangga telah dibangun oleh PGN di wilayah tersebut.  Kedepannya, PGN akan lebih fokus untuk membangun jaringan-jaringan baru di wilayah yang sebelumnya belum terjangkau jaringan gas. Selain cara ini, pensinergian antara PGN dan Kementerian ESDM tentu membukakan jalan yang lebih lebar lagi bagi PGN.


Sumber: http://hendipriosantoso.info/



Tulisan ini disumbangkan untuk jadi artikel situs Si-Nergi

Mengenal Sosok Hendi Priyo Santoso, Dirut PGN yang Baru

Siapa yang tidak mengenal HendiPriyo Santoso? Pria kelahiran Jakarta, 5 Februari 1967 ini ditunjuk oleh Kementerian BUMN menjadi Direktur Utama PT Perusahaan Gas Negara (PGN) yang baru menggantikan Sutikno. Alumnus BBA Keuangan dan Ekonomi Universitas Houston, Texas, Amerika Serikat, ini menjadi Direktur Utama PT PGN sejak 13 Juni 2008. Sebelumnya, Hendi pernah menjabat sebagai Direktur Keuangan sejak 31 Mei 2007.

Pengangkatan Hendi ini berdasarkan hasil penilaian prestasi kerja yang terbilang cukup bagus. Pada tahun 2011, ia berhasil membawa PT PGN dengan kinerja bagus dengan membukukan laba bersih sebesar Rp 5,93 triliun. Hendi bahkan telah banyak melakukan terobosan, salah satunya membangun infrastruktur ke seluruh wilayah dengan membuat seperti jalur atau jalan bagi gas dari ujung Sumatera sampai Bali lewat pipa.

Bersama Joko Widodo, Gubernur DKI Jakarta saat itu, ia pernah berkerja sama dalam menangani masalah bahan bakar gas Bus TransJakarta. Perusaan BUMN yang dipimpinnya itu saat ini tengah fokus membangun infrastruktur gas bagi sektor transportasi, industri, maupun pembangkit listrik (independent power plant).

Menurut Hendi, ada kiat-kiat yang dibutuhkan sebelum membangun perusahaan. Pertama, visi jangka panjang disertai disiplin yang tinggi; kedua, berani mengambil resiko. Kiat yang pertama dibutuhkan untuk menyisihkan sebagian dari pendapatan sekarang untuk kepentingan pengembangan jangka panjang. Pemanfaatan teknologi harus terus dikembangkan agar lebih efisien dan lebih murah. Sedangkan kiat yang kedua dibutuhkan karena tidak ada yang menjamin pasokan gas dari produsen  sesuai dengan kontrak.


Sumber: https://bisnis.tempo.co/read/news/2008/06/13/056125342/hendi-prio-santoso-direktur-utama-pgn-yang-baru
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/08/06/10415047/Hendi.Prio.Santoso.Harus.Berani.Ambil.Risiko
http://www.jakartasatu.com/2014/08/hendi-prio-santoso-dirut-pgn-dinilai-paling-bersih-cocok-jadi-dirut-pertamina/
http://bagaskaraputrawardana.blogspot.co.id/


Tulisan ini disumbangkan untuk jadi artikel situs Si-Nergi

Senin, 07 Maret 2016

Hanya dengan Rp 40.000/bulan, Warga Papua bisa Masak Pakai Gas Sepuasnya

Perusahaan Gas Negara (PGN) terus berkomiten memperluas pasokan gas alam ke berbagai daerah, salah satunya gas alam di Papua. Sebanyak 3.898 rumah di Sorong, Papua untuk kali pertama bisa masak sepuasnya pakai gas bumi PGN hanya dengan membayar Rp 40.000 per bulan.

Menurut Bussiness Unit Head Gas Product PT Perusahaan Gas Negara (PGN), Wahyudi Anas, PGN telah menyalurkan gas bumi ke 3.898 ke rumah yang ada di 5 kelurahan di Sorong, Papua. Lima kelurahan tersebut tersebar di Kelurahan Malawili. Malawele, Mariat Pantai, Klabinain, dan Aimas. Infrastruktur gas bumi tersebut dibangun oleh Kementerian ESDM, sedangkan PGN ditunjuk untuk mengelola dan mengoperasikan serta menyalurkan gasnya ke rumah tangga.

Adapun konsumsi gas rumah tangga di Sorong, Papua diperkirakan sekitar 5-10 meter per kubik. Dengan konsumsi gas yang sebanyak itu, dengan membayar Rp 40.000 warga sudah bisa masak menggunakan gas 24 jam penuh tanpa perlu khawatir  kehabisan gas. Selain aman, yang tidak kalah penting adalah mama-mama di Papua bisa menghemat pengeluaran rumah tangga.

Selain di Sorong, Papua, PGN juga mendapat kepercayaan dari pemerintah untuk mengelola dan mengoperasikan jaringan rumah tangga ke lebih 43.337 rumah yang tersebar di 10 daerah lainnya.


Sumber : http://finance.detik.com/read/2016/02/29/184243/3154171/1034/bayar-rp-40000-bulan-mama-di-papua-bisa-masak-sepuasnya-pakai-gas
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/02/29/202144826/PGN.Salurkan.Gas.ke.Rumah.Tangga.di.Sorong.Papua
http://economy.okezone.com/read/2016/02/29/320/1324042/pertama-kali-warga-papua-masak-pakai-gas-bumi


Tulisan ini disumbangkan untuk jadi artikel situs Si-Nergi

PGN Memasok Gas Bumi ke Rumah Tangga di Sorong Papua

Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) terus mengembangkan gas alam di Papua dengan memperluas pasokan gas bumi ke berbagai daerah, temasuk di Sorong, Papua.

Terhitung tanggal 29/2/2016, sebanyak 3.898 rumah warga di Sorong dapat memasak menggunakan energi baik berupa gas bumi dari PGN. Wilayah tersebut tersebar di 5 kelurahan, di antaranya Kelurahan Malawili, Malawele, Mariat Pantai, Klabinain, dan Aimas.

Pada acara Business Unit Head Gas Product PGN, Wahyudi Anas, mengungkapkan bahwa secara bertahap sebanyak 3.898 rumah akan mendapat pasokan gas bumi dari PGN. Ia juga menambahkan bahwa penyaluran gas rumah di Sorong merupakan penugasan pemerintah melalui Keputusan Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 3337 K/12/MEM/2015 tanggal 10 Juli 2015. Adapun untuk pembangunan infrastrukturnya akan dibangun oleh Kementerian ESDM, sedangkan PGN mendapat kepercayaan mengelola, mengoperasikan, serta menyalurkan gas ke rumah-rumah warga.

Lebih lanjut Wahyudi mengatakan bahwa selain di Sorong, PGN juga mendapat kepercayaan dari pemerintah untuk mengelola dan mengoperasikan jaringan gas rumah tangga di 10 daerah lainnya dengan total 43.337 rumah.

Sekretaris Perusahaan PGN, Heri Yusup, menambahkan, di luar penugasan pemerintah tersebut, hingga Januari 2016, PGN menargetkan bisa menyalurkan gas ke lebih 107.690 rumah tangga di berbagai daerah. Jaringan gas bumi ke lebih 107.690 itu dibangun sendiri oleh PGN tanpa bantuan uang negara atau APBN.


Sumber: 
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/02/29/202144826/PGN.Salurkan.Gas.ke.Rumah.Tangga.di.Sorong.Papua
http://finance.detik.com/read/2016/02/29/154638/3153847/1034/pgn-aliri-gas-bumi-ke-3898-rumah-di-sorong



Tulisan ini disumbangkan untuk jadi artikel situs Si-Nergi

Jumat, 04 Maret 2016

Fakta Menarik Thorium

Apakah Thorium?

Thorium adalah unsur dengan no atom 90 yang memiliki sifat radioaktif yang dapat dipakai sebagai bahan reaktor nuklir. Thorium bukanlah inti fisile, jadi untuk dapat menggunakan thorium haruslah memakai uranium. Akan tetapi ini hanya awal untuk memicu reaksi, setelah itu thorium yang disebut inti fertile (subur) dapat membelah dan menghasilkan uranium 233 atau dapat dilakukan penembakan dengan neutron sehingga thorium bisa membelah.

Tahukah Anda?
1. Unsur thorium ditemukan pada tahun 1828 dan namanya diambil dari kata Thor, nama Dewa Petir bangsa Viking atau Norseman.
2. Jumlah thorium di kulit bumi lebih banyak sekitar 3 sampai 4 kali lipat dibanding uranium dan berpotensi menjadi energi alternatif masa depan.
3. Dalam pemanfaatan energi alternatif Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), kandungan thorium dinilai lebih aman dan ramah lingkungan dibanding uranium.
4. Limbah yang dihasilkan dari thorium 90% lebih sedikit dibanding uranium.
5. Di Indonesia, thorium dapat ditemukan di Bangka Belitung. Menurut BATAN, ada sekitar 121.500 ton cadangan thorium berpotensi menghasilkan energi listrik sebanyak 90 persen.

Walaupun cadangan thorium di Indonesia cukup melimpah namun pemanfaatannya masih sangat jauh. Tak hanya itu, hingga saat ini belum ada satupun negara yang memanfaatkan thorium sebagai energi alternatif jangka panjang. Meski begitu, thorium memiliki nilai yang lebih positif dibandingkan uranium. 

Sumber: 
http://trendtek.republika.co.id/berita/trendtek/batan/16/02/04/o20w3p219-thorium-indonesia-berpotensi-hasilkan-90-persen-energi-listrik
http://www.thoriumpowerindonesia.com/teknologi/sekilas-thorium
http://www.kompasiana.com/bob911/thorium-sebuah-revolusi-energi_559fe2a56023bdfa088b4567


Tulisan ini disumbangkan untuk jadi artikel situs Si-Nergi

Potensi Energi Thorium di Indonesia Melimpah

Banyak negara di seluruh dunia mulai mempertimbangkan rencana pengembangan energi alternatif Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) menggunakan unsur thorium. Terkait hal itu, Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) telah melakukan kajian terhadap jumlah kandungan thorium di alam. Hasilnya, jumlah thorium jauh lebih banyak bahkan 3 sampai 4 kali lipat dibanding uranium.

Di Indonesia sendiri jumlah thorium sangat melimpah. BATAN memperkirakan potensi thorium mencapai 270 ribu ton yang tersebar di beberapa lokasi di Indonesia. Di Pulau Bangka saja, ada sekitar 121 ribu ton cadangan thorium yang tersedia. Potensi energi ini tentunya bisa bermanfaat untuk energi alternatif masa depan. 

Thorium ini digadang-gadang sebagai bahan bakar reaktor nuklir masa depan, bahkan di Indonesia sendiri berpotensi menghasilkan 90% energi listrik. Thorium Indonesia Power juga mengklaim bahwa limbah yang dihasilkan thorium jauh lebih sedikit, bahkan dinilai lebih aman dan lebih bersih dibanding uranium. Meskipun Indonesia mempunyai cadangan thorium yang sangat melimpah, namun sampai saat ini, sumber energi alternatif yang satu ini belum tersentuh dan dimanfaatkan secara maksimal.




Tulisan ini disumbangkan untuk jadi artikel situs Si-Nergi

Kamis, 03 Maret 2016

Melirik Potensi Sampah Sebagai Energi Terbarukan

Setiap tahunnya, jumlah sampah di dunia semakin meningkat. Begitu pula di Indonesia, permasalahan sampah menjadi masalah yang belum terselesaikan dengan baik hingga saat ini.  Indonesia menghasilkan 64 juta ton sampah per tahunnya. Potensi sampah yang begitu besar ini seharusnya bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi terbarukan.

Dalam hal ini, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) didorong tidak hanya fokus menciptakan energi terbarukan dari geotermal atau sumber lainnya saja, tetapi Kementerian ESDM diminta juga melirik potensi sampah menjadi energi terbarukan.

Direktur Pengolahan Sampah Kementerian LHK, Sudirman, menegaskan ESDM jangan hanya fokus yang itu-itu saja. Tetapi cobalah mengembangkan 64 ton sampah se Indonesia. Bayangkan, 1000 tonnya mampu menghasilkan 16 MW listrik.

Sudirman mendorong Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian untuk menggelontorkan subsidi kepada sejumlah daerah yang peduli terhadap penuntasan masalah sampah. Ia mengambil contoh cukup memilih 5 kota untuk fokus dalam program pengolahan sampah. Menurutnya, ESDM harus mulai memikirkan hal ini, memprioritaskan pemanfaatan sampah menjadi energi terbarukan. Potensi sampah ini akan berkelanjutan jika sumber energi lainnya habis.


Sumber: http://economy.okezone.com/read/2015/12/14/320/1267209/64-juta-ton-sampah-bakal-disulap-jadi-energi-terbarukan



Tulisan ini disumbangkan untuk jadi artikel situs Si-Nergi

Uji Coba SPBG di Ancol

Perusahaan Gas Negara (PGN) yang berencana akan membangun 60 unit Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) hingga 2019 akan segera terealisasikan. Pasalnya, PGN melalui anak usahanya, PT Gagas Energi Indonesia (PGN Gagas) telah melakukan uji coba pengoperasian SPBG di kawasan Ancol Jakarta Utara, bekerja sama dengan PT Jakarta Propertindo (Jakpro). SPBG ini nantinya akan memasok Bahan Bakar Gas (BBG) ke 88 unit Bus TransJakarta koridor Ancol-Kampung Melayu.

Direktur Utama PGN Gagas, Danny Praditya, mengatakan bahwa PGN Gagas dan Jakpro bekerja sama membangun infrastruktur gas bumi untuk transportasi di beberapa lokasi di Jakarta. Danny juga menambahkan, selain SPBG di Ancol, dari hasil kerja sama antara PGN Gagas dengan BUMD Pemprov DKI Jakarta ini juga dibangun MRU-Online di Harmoni dan Pluit.

Lebih lanjut dikatakan, ketiga SPBG dan MRU kerja sama dengan Jakro ini dapat dipastikan akan beroperasi tahun ini. Hal ini menjadi bukti komitmen dan keseriusan PGN untuk terus mengembangkan infrastruktur gas bumi, salah satunya SPBG. Untuk tahun ini, PGN menargetkan pembangunan SPBG sebanyak 12 unit yang tersebar di beberapa titik. 

Danny berharap dengan adanya SPBG hingga MRU-online ini program langit biru dan konversi BBG yang telah dicanangkan oleh pemerintah tetap berkelanjutan.  Ia juga berharap ke depannya semakin banyak SPBG-SPBG yang akan dibangun khususnya di DKI Jakarta dan seluruh daerah lainnya di Indonesia.

Sumber: 
http://www.gatra.com/ekonomi/makro/185946-pgn-akan-bangun-60-unit-spbg-hingga-2019
http://www.suara.com/bisnis/2016/02/10/144801/pgn-gagas-mulai-uji-coba-spbg-di-kawasan-ancol


Tulisan ini disumbangkan untuk jadi artikel situs Si-Nergi


PGN Akan Bangun 60 Unit SPBG Hingga 2019

Rencana Perusahaan Gas Negara (PGN) untuk membangun 60 unit Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas  (SPBG PGN) akan segera terwujud. Menurut Direktur Utama PGN, Hendi Prio Santoso, rencana pembangunan tersebut akan dimulai pada 2016-2019 mendatang. Hendi menyebutkan, dari 60 SPBG itu akan tersebar di beberapa wilayah seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, Batam, Lampung, Riau, dan Sumatera Barat.

Lebih lanjut dikatakan, hingga saat ini PGN telah mengoperasikan 5 unit SPBG dan menyalurkan gas bumi ke 14 SPBG mitra. Tak hanya itu, untuk sektor transportasi pun PGN telah menyalurkan gas bumi dengan menggunakan Mobile Refueling Unit (MRU) di beberapa titik seperti IRTI Monas, Waduk Pluit, Grogol, dan Gresik.

PGN sebagai satu-satunya badan usaha di Indonesia yang menyalurkan gas bumi ke berbagai sektor pelanggan. Berbagai sektor tersebut sudah merasakan manfaat gas yang disalurkan PGN, mulai dari rumah tangga, usaha kecil menengah (UKM), komersial (hotel, mal, rumah sakit), industri, dan kelistrikan.

Melalui penyaluran gas bumi PGN ke berbagai sektor pelanggan, pada 2015 negara mendapat penghematan Rp 88 triliun. Penghematan itu bersumber dari pemanfaatn gas yang disalurkan PGN sebanyak 1.586 MMScfd atau setara penggunaan 286.000 barel minyak per hari.


Sumber: 
https://www.aktual.com/pgn-akan-bangun-60-unit-spbg-hingga-2019/
http://m.metrotvnews.com/read/2016/02/10/482121/pgn-targetkan-bangun-60-unit-spbg-hingga-2019



Tulisan ini disumbangkan untuk jadi artikel situs Si-Nergi

Rabu, 02 Maret 2016

Tujuh Syarat Energi Terbarukan Agar Sukses

Kehadiran energi terbarukan diharapkan mampu menjadi energi alternatif bagi Indonesia dalam jangka panjang. Mengingat permintaan energi nasional tumbuh lebih tinggi dibanding permintaan energi global. Menurut International Energy Agency (IEA), pertumbuhan energi global dalam satu dekade ini mencapai 1,4 persen. Bisa dibandingkan dengan pertumbuhan permintaan energi nasional pertahunnya yang mencapai  3 hingga 4 persen.

Untuk itu, ada tujuh hal yang perlu diperhatikan pemerintah agar energi terbarukan dapat digunakan oleh masyarakat. Ketujuh hal tersebut adalah penetapan harga jual listrik sesuai tingkat keekonomian, pemberian subsidi, pemberian insentif, kemudahan perizinan, penataan lahan untuk kepentingan energi, tata kelola pemerintah yang terjaga dan bersih, serta penegakan hukum yang adil.

Ketujuh hal ini merupakan syarat yang harus segera dipenuhi pemerintah dari berbagai sektor. Hal itu demi menekan biaya penggunaan energi terbarukan yang saat ini masih tergolong mahal. Setelah pemerintah mampu memenuhi ketujuh syarat ini, diharapkan energi terbarukan dapat dinikmati dan dijangkau oleh semua kalangan.


Sumber: http://economy.okezone.com/read/2015/11/25/320/1255785/tujuh-syarat-energi-baru-terbarukan-untuk-sukses


Tulisan ini disumbangkan untuk jadi artikel situs Si-Nergi


Mengenal Lebih Dekat Energi Terbarukan

Energi terbarukan disebut juga energi berkelanjutan (sustainabel energy) merupakan sumber energi yang cepat dipulihkan kembali secara alami, dan prosesnya berkelanjutan. Energi terbarukan dihasilkan dari sumber daya energi yang secara alami tidak akan habis bahkan prosesnya akan berkelanjutan jika dikelola dengan baik.

Konsep energi terbarukan ini mulai dikenal di dunia pada tahun 1970-an. Kemunculannya sebagai antitesis terhadap pengembangan dan penggunaan energi berbahan fosil (batubara, gas alam, dan minyak bumi) dan nuklir.

Indonesia sendiri merupakan salah satu negara dengan potensi energi terbarukan yang sangat melimpah. Sayangnya, sumber-sumber energi terbarukan yang ada belum dimanfaatkan dengan maksimal. Kehadiran energi terbarukan ini dinilai lebih baik dibanding energi fosil karena lebih ramah terhadap lingkungan.


Sumber: http://alamendah.org/2014/09/09/8-sumber-energi-terbarukan-di-indonesia/


Tulisan ini disumbangkan untuk jadi artikel situs Si-Nergi






Selasa, 01 Maret 2016

Thorium Sebagai Energi Alternatif

Di Indonesia, jumlah cadangan thorium terbanyak berada di Kepulauan Bangka. Terdapat 121 ribu ton thorium di wilayah tersebut berpotensi menghasilkan energi listrik sebanyak 90 persen. Cadangan ini tentunya bisa menjadi energi alternatif di Indonesia.

Dalam pemanfaatan pembangkit listrik tenaga nuklir, kandungan thorium lebih aman dan lebih bersih daripada uranium. Thorium yang digadang-gadang sebagai energi alternatif ini terbukti lebih ramah lingkungan daripada uranium. Bahkan ketersedian cadangannya pun tiga kali lebih banyak dibandingkan uranium. 

Fakta menarik lainnya terletak dari aspek limbahnya yang relatif lebih sedikit dari uranium yang diklaim oleh Thorium Indonesia Power. Dapat dipastikan limbah thorium lebih sedikit dibanding uranium yang bisa berkisar 300 meter per kubik dalam setahun dengan ukuran pembangkit listrik sebanyak 1000 MegaWatt (MW). Lebih dari itu, thorium memiliki nilai yang lebih positif untuk dijadikan pengganti energi alternatif dibanding uranium.




Tulisan ini disumbangkan untuk jadi artikel situs Si-Nergi 

Bangun 60 Unit SPBG, Target PGN Hingga 2019

PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) terus berencana membangun infrastruktur gas bumi di Indonesia, salah satunya dengan membangun Stasiun Bahan Bakar Gas (SPBG PGN) sebanyak 60 unit hingga 2019 mendatang.

Rencana pembangunan SPBG tersebut akan dimulai pada 2016 hingga 2019 dan tersebar di beberapa wilayah, di antaranya DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, Batam, Lampung, Riau, dan Sumatera Barat.

Hingga kini, PGN telah mengoperasikan lima unit SPBG dan menyalurkan gas bumi ke 14 SPBG mitra. PGN juga menjadi satu-satunya badan usaha di Indonesia yang menyalurkan gas bumi ke berbagai sektor, lebih dari 107.690 rumah tangga, 1.857 pelanggan komersial dan usaha kecil menengah (UKM), dan 1.529 industri, serta pembangkit listrik.

Untuk sektor transportasi, PGN menyalurkan gas bumi dengan menggunakan mobile refueling unit (MRU) di beberapa lokasi seperti di Lapangan Restoran dan Taman Indonesia (IRTI) Monas, Waduk Pluit, Grogol, dan Gresik. Saat ini, PGN sudah memasok gas bumi untuk bahan bakar bus, bajaj, taksi, hingga kendaraan pribadi.

Infrastruktur gas bumi dibangun menggunakan dana PGN dan tidak memakan dana APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara).



Tulisan ini disumbangkan untuk jadi artikel situs Si-Nergi